Project’s Detail

PEMANFAATAN AGREGAT HALUS LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI AGREGAT HALUS PALU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BETON

Abstrak (Abstracts)

Construction of buildings in East Kalimantan uses constituent materials imported from outside the city for coarse aggregates or fine aggregates. This makes the use of local aggregates, especially local fine aggregates located in Simpang Palaran District not widely used because the quality has not been tested, therefor the local fine aggregates are not widely used for concrete constituents. This study aims to find a comparison between the composition of local fine aggregate which produces optimum compressive strength with Palu fine aggregate, and also a comparison of the compressive strength of concrete added with additive ingredients. The compressive strength test is done with a composition of 20% local Palaran fine aggregate, fine local aggregate Palaran ampyangan 80%, and use of additive materials for about 0.3%. The test object used for the compressive test is a concrete cube measuring 15 x 15 x 15 cm. Making concrete specimens is done automatically using a Mixer machine. Each mixture produces 5 specimens of cube specimens. From the results of testing, the average compressive strength of concrete with a age of 28 days, normal concrete uses a higher local fine aggregate of 29.88 Mpa compared to normal concrete using Palu is fine aggregate of 26.41 Mpa, because local fine aggregates have a larger grain size and higher roughness than the fine aggregates of Palu. Comparison of local concrete using additive added material is higher than normal local concrete which is equal to 32,17 MPa. This is because additive material has a function as a water reducing agent so that it can add strength to the concrete. Konstruksi bangunan di Kalimantan Timur menggunakan bahan-bahan penyusun yang didatangkan dari luar kota untuk agregat kasar maupun agregat halus. Hal ini membuat daya guna agregat lokal khususnya agregat halus lokal yang belokasi di Kecamatan Simpang Palaran tidak banyak digunakan karena kualitasnya belum teruji, sehingga agregat halus lokal tidak banyak digunakan untuk bahan penyusun beton. Penelitian ini bertujuan untuk mecari perbandingan antara komposisi agregat halus lokal yang menghasilkan kuat tekan optimum dengan agregat halus Palu, dan juga perbandingan kuat tekan beton yang ditambah dengan bahan additive. Pengujian yang dilakukan berupa kuat uji tekan dengan komposisi agregat halus lokal Palaran 20%, agregat halus lokal ampyangan Palaran 80%, dan penggunaan bahan additive sebanyak 0,3 %. Benda uji yang digunakan untuk uji tekan berupa beton kubus berukuran 15 x 15 x 15 cm. Pembuatan benda uji beton dilakukan secara otomatis menggunakan mesin Mixer. Setiap adukan menghasilkan benda uji sebanyak 5 benda uji kubus. Dari hasil pengujian kuat tekan rata-rata beton dengan umur 28 hari, beton normal menggunakan agregat halus lokal lebih tinggi yaitu 29,88 Mpa dibandingkan beton normal menggunakan agregat halus Palu yaitu 26,41 Mpa karena agregat halus lokal memiliki ukuran butiran yang lebih besar dan tingkat kekasaran yang lebih tinggi dibandingkan agregat halus Palu. Perbandingan beton lokal menggunakan bahan tambah additive lebih tinggi dibandingkan beton normal lokal yaitu sebesar 32,17 Mpa. Hal ini dikarenakan bahan tambah additive memiliki fungsi sebagai pengurang air sehingga dapat menambah kekuatan pada beton.

Keyword : agregat halus lokal, agregat halus Palu, bahan tambah additive, kuat tekan.

Nilai Properti

Penulis : ADITIYA, NIM : 922016033, Penerbit : Politeknik Negeri Balikpapan, Program Studi : TEKNIK SIPIL, Tahun : 2019, Bahasa : Indonesia, Jenis Penelitian : Tugas Akhir, Lokasi : Prepustakaan Poltekba,

---